Judul Buku :
Rindu
Penulis :
Tere Liye
Editor :
Andriyati
Penerbit :
Republika
Cetakan :
I, Oktober 2014
Harga :
Rp. 63.000,- (Toko Buku Online Delisa)
Sinopsis
Kapal
Bermuatan Rindu dan Kotak-Kotak Masa Lalu
"Tapi kembali lagi ke soal takdir tadi, mulailah menerimanya dengan lapang hati, Kang Mas. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa-basi menyapapun tidak. Tidak peduli. Nah, kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya atau mendustakannya."
Rute imajinasi dalam novel ini:
Adalah Rindu, novel terbaru karya Tere Liye
yang mengisahkan tentang pelayaran sebuah kapal bermuatan calon Jemaah haji di
masa lampau. Dalam novel ini, penulis berhasil menggabungkan antara sejarah,
fiksi, romantisme, serta kisah heroik dalam sebuah perjalanan suci.
Bersetting di sebuah kapal bernama Blitar
Holland saat musim haji pada Desember 1938, takdir mempertemukan para tokoh
yaitu Keluarga Daeng Andipati, Gurutta, Bunda Upe, Pasangan Mbah Kakung &
Mbah Putri, Ambo Uleng serta tokoh lain yang ikut dalam pelayaran. Mereka tidak
hanya terlibat dalam takdir “saat itu” saja, takdir ternyata hadir disana dan
mengusik masa lalu dari para tokoh. Di akhir cerita, takdirpun berhasil
menghadirkan masa depan dari masa lalu.
Saat membaca novel ini, kita akan merasa
benar-benar ikut dalam pelayaran. Deskrpsi waktu, tempat, serta tokoh
membuat kita seperti turut hadir dan menyaksikan setiap benang kisah yang
dengan bantuan waktu akan terurai menjadi beraneka bentuk kerinduan yang
disampaikan tersirat oleh penulis. Ya, salah satunya adalah kerinduan akan
jawaban. Jawaban atas segala kisah yang mereka simpan dalam kotak-kotak masa
lalu dengan beraneka label; kebencian, dendam, kerinduan, cinta, harapan….
*
Dibalik kebahagiaan yang Daeng Andipati
miliki saat ini, ternyata ia menyimpan kebencian tak terperi pada sosok yang
seharusnya ia hormati. Kelicikan, kekerasan & kemunafikan adalah garis
besar kisah lalunya. Masa kecilnya ia habiskan dalam sebuah skenario besar yang
diciptakan Daeng Patoto, ayahnya sendiri. Beruntung, ia berhasil mencipatakan
kehidupan baru yang jauh lebih baik. Hanya saja, rasa benci itu terpatri dalam
aliran darahnya. Tak berhenti dan semakin menjadi bahkan setelah Daeng Patoto
wafat. Kotak masa lalu yang dia simpan
rapi seolah dibuka paksa oleh suatu peristiwa penyerangan tak terduga yang
dilakukan oleh Gori Si Penjagal, mantan tukang pukul suruhan ayahnya puluhan
tahun silam.
Bonda upe, wanita oriental menawan yang
merupakan guru mengaji anak-anak selama di atas kapal ternyata menyembunyikan
sesuatu dalam kotak berlabel masa lalu. Siapa yang mengira bahwa wanita pemalu
ini dulu adalah seorang cabo, pelacur. Rahasia yang ingin ia lupakan itu
akhirnya terkuak saat Blitar Holland transit di Batavia. Ia yang sebelumnya sempat ragu
akhirnya turut bergabung bersama rombongan untuk makan siang di sebuah kedai
soto. Kotak masa lalunya terbuka saat ia bertemu seseorang.
“Ling-Ling!” hanya sebuah nama yang
terlontar dari mulut wanita itu, ajaibnya hanya dengan sebuah nama, kotak
masa lalu Upe terbuka. Ya, Ling-Ling adalah nama Cabo-nya.
Seorang pelaut Bugis telah memutuskan untuk
menjadi bagian dalam pelayaran Blitar Holland. Sebelumnya ia adalah seorang juru kemudi kapal Phinisi, tak mengapa baginya jika di kapal uap ini ia hanya diberi pekerjaan
sebagai kelasi dapur. Pekerjaan yang tak sebanding dengan latar belakang
karirnya. Bagi Ambo Uleng bisa berlayar meninggalkan tempat tinggalnya saat ini adalah lebih baik, ia tak peduli lagi dengan posisi karirnya. Ia hanya ingin
pergi sejauh mungkin. Namun ia abai satu
hal, ia tidak bisa lari dari kenangan. Kenangan akan terus mengikuti sampai
kitalah yang bersedia berdamai dengan diri sendiri, melakukan penerimaan atas
segala hal yang ingin kita lupakan. Maka, dengan berlayarnya Blitar Holland,
resmi sudah Ambo Uleng meletakkan sesuatu tentang perasaannya dalam kotak
berlabel masa lalu. Tapi kemudian, takdir akan membuktikan bahwa alasannya untuk
pergi adalah alasan mengapa takdir membawanya kembali.
Tokoh
paling bijak dan dihormati dalam pelayaran ini, dialah Ahmad Karaeng. Seorang
ulama masyhur dari tanah Makassar yang kerap disapa sebagai Gurutta. Petuahnya
bagaiakan embun di ujung kemarau, menyejukkan, bijak dan sangat open minded.
Namun, dibalik itu semua Gurutta memiliki kisah pelik tentang rindu yang tak
akan pernah mampu terbayarkan untuk seseorang di masa lalunya. Pun, ia
menyimpan sesuatu dalam kotaknya. Sesuatu tentang pertanyaan yang akan terjawab
kemudian.
Tentang kisah cinta pasangan sepuh Mbah
Kakung dan Mbah Putri, takdirpun akan membawa mereka pada kisah terbaiknya.
Puluhan tahun berumah tangga, namun sedikitpun perasaan cinta mereka tak
pudar. Saling melengkapi, menerima, menemani dan mencintai adalah janji mereka
di awal pernikahan, dan janji itu tertunaikan sudah di atas kapal ini, dalam
kisah ini. Mbah Putri wafat saat kapal tengah berlayar menuju Kolombo. Tak
terperi kesedihan yang dipikul Mbah Kakung selepas kepergian Mbah Putri.
Terlebih kepergian mereka ke tanah suci adalah salah satu pembuktian
cinta mereka, pada Dia yang telah menghimpunkan mereka berdua dalam kisah cinta
ini. Mbah Putri dimakamkan dengan prosesi yang berbeda, ditenggelamkan kedalam
samudra. Lalu bagaimana dengan Mbah kakung? Sesuai janjinya, beliau akan menemani kekasihnya,
tidak hanya sebatas roh, tapi jasadnyapun terbaring berdampingan di bawah
Samudra. Semuanya hanya soal waktu. Sempurna sudah kisah cinta mereka.
*
Begitulah, novel ini sempurna menghanyutkan
kita dalam imajinasi. Kisah yang disuguhkan didominasi oleh kehidupan di atas kapal. Rutinitas di atas kapal yang
monoton menjadikan cerita ini sedikit membosankan. Namun, penulis kemudian
menghadirkan hal-hal baru yang muncul tak terduga. Peristiwa mesin kapal yang
rusak, wafatnya Mbah Putri, sampai pembajakan kapal yang dilakukan
oleh perompak Somalia. Semua hadir saat pembaca membutuhkan angin segar. Timingnya pas!
Hanya saja, nama dua orang tokoh yang diambil dari
karakter Disney yaitu Anna dan Elsa rasanya memberi sedikit nilai minus pada originalitas novel ini, tapi itu kan hak prerogatifnya penulis. hihi...
So far, novel ini BEDA!
Tulisan yang cukup mendalam, sampai terasa tak perlu membaca novelnya. Haha
BalasHapusThanks...
Goodjob Sis!
:)
BalasHapussemangat terus ka,aku suka novel nya dan aku sudah membelinya hehe
BalasHapusoia jangan lupa mampir ke website kita juga ya ka :)
Zapplerepair Apple dan Smarphone specialist
telp: 087788855868
website: http://indonesia.zapplerepair.com/
TIPS DAN TRICK UNTUK PENGGUNA SMARTPHONE